Rasa Khawatir dan Beberapa Pesan untuk Keluarga

 

Lagu yang sedang sering aku dengar di tengah kegelisahan di saat ini dan masa yang akan datang.

Sekarang ini, aku tidak tahu apa yang sedang aku rasakan. Aku terduduk di atas kasur dengan laptop di atas paha. Hanya ingin menulis, entah menulis apa. Mungkin beberapa hal yang sedang aku rasakan. Sudah lama sekali aku tidak bermain ke blog. Terakhir aku menulis pada bulan Februari, sekarang tahun 2021 hampir berakhir.

Aku sudah tahu ini akan terjadi. Saat masih berseragam putih abu, aku selalu takut untuk bertambah umur. Saat umurku bertambah, apa aku akan sampai pada titik di mana jiwaku juga semakin dewasa? Saat itu, aku takut sekali menjadi dewasa. Apa aku akan bisa menghadapi permasalahan sendirian? tanpa orang tua, tanpa teman, tanpa saudara, apa aku akan bisa? Sejak dulu aku ingin sekali menyalahkan orang tuaku karena membesarkanku menjadi seseorang yang manja. Tapi untuk apa?

Banyak sekali yang aku khawatirkan.

Proposal skripsiku, yang memang belum fix, sudah aku ajukan. Kalau aku sudah melewati ujian proposal, nanti aku akan melanjutkan skripsiku. Setelah skripsiku selesai, akan ada euforia sesaat dengan memakai kebaya dan toga wisuda. Setelah itu, apa? Bagaimana hidupku akan berjalan? Apa aku akan beristirahat sesaat? atau nanti karirku akan berlangsung dengan baik-baik saja? Mamah selalu bilang kalau beliau merasa tenang tentang karirku, aku akan baik-baik saja, katanya. Tapi tetap saja aku khawatir.

Aku akan baik-baik saja, kan?





Di sisi lain, sejak dulu aku ingin sekali menulis beberapa hal mengenai keluargaku. Sayang sekali, aku tidak terlahir dari keluarga yang dengan mudah menyampaikan rasa sayang dan uneg-uneg satu sama lain. Hal itu terasa memalukan. Oleh karena itu, aku akan sedikit menulisnya di sini. Aku tidak yakin ini akan tersampaikan kepada mereka, mungkin hanya akan menjadi sekedar angka-angka yang menambah big data di luar sana.

Buat teteh. Aku minta maaf karena aku tidak bisa menjadi tante yang baik untuk anak-anakmu. Aku terlalu kesulitan, mungkin karena aku belum cukup dewasa untuk mengurus anak. Aku sudah terlalu terbiasa menjadi anak bungsu, baru saja mengalami mempunyai anggota keluarga yang lebih muda dariku. Aku tidak tahu mungkin perlakuanku akan sedikit banyak berdampak buruk untuk anak-anakmu. Namun meskipun begitu, aku selalu ingin berusaha menjadi pendidik yang baik. Aku tidak bisa berjanji menjadi tante yang lebih baik dalam waktu yang singkat. Mungkin sedikit demi sedikit.

Buat aa. Aku minta maaf karena tidak bisa menjadi adikmu yang religius, mungkin belum. Mungkin terasa buruk, tapi aku selalu berusaha menjadi orang yang baik untuk orang lain. Aku selalu ingin membuat orang lain merasa baik-baik saja. Terima kasih sudah selalu mengingatkanku untuk menjadi seseorang yang taat agama, tapi untuk saat ini aku aku pikir aku belum bisa.

Buat mamah. Terima kasih sudah menjadikanku sebagai anak nomor satu yang ingin mamah bahagiakan saat ini. Aku merasa buruk karena mamah masih berusaha membahagiakan aku di usia mamah yang seharusnya menikmati masa pensiun bersama ayah. Pasti sulit mengurus kembali anak yang usianya sejauh 12 tahun dari anak pertama. Sekarang mamah mengurus cucu-cucu yang ekstra di saat rambutnya sudah setengah memutih. Aku berjanji, aku akan berusaha agar keluargaku di masa depan tidak lagi menyulitkan mamah. Aku akan mengurus keluargaku sendiri, entah mungkin dengan langkah yang seperti apa. Yang penting, tidak lagi membuat mamah harus susah payah mengurus anak-anakku.

Buat ayah. Sebenarnya aku agak kesulitan ingin menyampaikan apa. Terima kasih sudah menyisihkan uang pensiunan ayah yang pas-pasan untuk uang kuliahku. Pasti sulit menjadi seseorang yang tidak enakan, bahkan kepada penipu sekalipun. Sampai-sampai uang pensiunan ayah yang seharusnya bisa ayah gunakan untuk berlibur, melakukan banyak hal yang ayah ingin di usia senja, karena sifat ayah yang terlalu baik dan tidak enakan, malah ayah berikan kepada penipu tidak tahu malu di luar sana. Orang-orang sekitar mengatakan kalau ayah dikirim sesuatu sehingga ayah manut-manut saja. Namun bagiku, seseorang yang tidak meyakini hal seperti itu, aku tahu ayah adalah orang yang terlalu baik, tidak enakan, dan sekalinya percaya pada seseorang, ayah akan memberikan semuanya yang ia punya. Intinya, aku sangat berterima kasih karena sudah bekerja sangat keras. Dari seseorang yang berasal dari keluarga sederhana, kini dapat membangun rumah yang jauh di atas nyaman. Terima kasih sudah mewariskan pola pikir yang luar biasa. Menuntun aku dan kakak-kakakku menjadi orang-orang yang berpola pikir tinggi. Aku berjanji akan menjadi seseorang yang baik-baik saja.

Buat diriku sendiri. Tolong tetaplah tersenyum, jangan terlalu banyak khawatir. Semua orang akan memiliki tempatnya masing-masing, sebagaimana dirimu juga. Biarpun bukan menjadi yang terbaik, setidaknya kamu boleh menjadi yang baik-baik saja. Terima kasih sudah melakukan semampumu sejauh ini.


Komentar