Aku dan Media Sosial
(03/01/2021) ketika suatu kesempatan datang untuk membawaku pergi sejenak dari rumah. |
Selama itu, aplikasi yang menemaniku sekiranya whatsapp (karena memang tidak mungkin untuk aku tinggalkan), youtube (tempat dimana aku berusaha menghabiskan kuotaku yang terlalu menumpuk, meskipun usaha itu gagal karena kuotaku pada akhirnya akan tetap hangus meski masih tersisa), wattpad (tempat lainnya untuk menyimpan separuh duniaku), colornote (tempatku menulis berbagai macam dunia, meski sebagian besarnya akan terbengkalai), serta beberapa aplikasi yang menunjang perkuliahan onlineku.
Pada dasarnya, aku memang seseorang yang tidak begitu bergantung pada aplikasi seperti instagram atau tiktok yang akhir-akhir ini begitu digandrungi. Aku lebih memilih twitter karena rangkaian tulisan merupakan hal yang lebih membuatku nyaman, selain itu, sebelumnya aku rasa berisikan hal yang memang aku butuhkan. Namun saat ini, semuanya terasa tidak ada yang lebih baik. Twitter mulai dipenuhi dengan orang-orang yang penuh kebencian. Bahkan di wattpad saja aku sudah kesulitan mendapatkan hal yang aku butuhkan dengan kualitas yang lebih baik. Semuanya terasa receh dan tidak memenuhi standarku yang semakin lama terus memuncak.
Covid tidak membuatku terinfeksi virus, aku hanya merasakan mental yang semakin lemah sehingga aku mudah overthinking. Yah, meskipun ini hanya self-diagnosed. Aku pernah terpikir untuk berkonsultasi dengan psikolog, namun entahlah, aku selalu merasakan waktu yang tepat belum datang juga. Itulah yang membuatku akhir-akhir ini lebih memilih youtube. Di dalamnya, aku dapat memilih hal yang aku rasa aku membutuhkannya. Apabila suatu saran yang tidak aku sukai muncul, dengan mudah aku menyentuh 'not interested' atau 'don't recommend this channel', dan video semacam itu tidak akan pernah muncul lagi. Hal itu akan membuatku baik-baik saja.
Aku tahu di dalam aplikasi sosial media seperti itu terdapat berbagai konten yang menghiburku, terlebih ketika sesuatu yang baru viral muncul, aku dapat mengetahuinya dan membuatku tidak tertinggal akan hal itu. Namun di sisi lain, aplikasi itu juga membuatku lelah. Sangat lelah. Aku lelah atas segala hal yang tidak ada kaitannya denganku. Aku lelah atas hal yang tidak berpengaruh denganku. Aku ini seseorang yang terlalu mudah untuk memikirkan hal yang sesungguhnya tidak perlu aku pikirkan. Ketika seseorang membuat orang lain kecewa, aku akan ikut menyayangkan dan mendiskusikan itu dengan diriku sendiri di tengah malam. Ketika fanwar terjadi antar penggemar, aku akan merasa emosi dan bersalah, meskipun sebenarnya apabila aku diam saja pun tidak akan ada yang menyalahkan.
Apabila kamu membaca ini, dan berpikiran 'Ya udah sih, gak perlu dipikirin gitu doang, lebay banget sih? sampe gak buka sosmed selama itu.'
Haha..
Kamu gak akan ngerti.
Ada beban yang tidak dapat aku jelaskan, mungkin hanya Allah dan aku yang ngerti beban itu.
Sebelum kembali mulai berselancar membaca cuitan-cuitan di twitter, aku perlu mempersiapkan diriku agar lebih kuat, aku perlu mengondisikan keadaan hatiku agar tetap terasa stabil sehingga aku akan baik-baik saja. Untuk membuka instagram, aku perlu mempersiapkan jiwaku untuk tidak iri melihat kecantikan orang lain, bahagianya orang lain bersama keadaan mereka yang serba ada, meskipun aku tahu sangat kecil kemungkinan untuk kehidupan nyata mereka yang sama dengan foto yang mereka posting, sehingga sebenarnya aku overthinking atas hal-hal yang palsu.
Banyak yang harus aku persiapkan untuk itu.
Dan meskipun banyak yang aku lewatkan di luar sana, rumah tidak membuatku merasa tertinggal.
Sulit untuk membuat hari ini menjadi hari yang terbaik, namun setidaknya kita bisa jadikan hari ini sebagai hari yang baik-baik saja, bukan?
Komentar
Posting Komentar